Kamis, 21 Juli 2011

MAKALAH INVERSIO UTERI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Klasifikasi Klinis

Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder:

1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera).
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep).Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pascapersalinan salah satunya dapat disebabkan oleh:
Inversio uteri adalah bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam cavum uteri. Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya bagian luar keadaan ini di sebut inversio uteri komplet. Jika hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, di sebut inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
Pada inversio uteri menahun, yang di temukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya di tunggu berakhirnya involusi kemudian di lakukan pembedahan pervaginam. Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat.

Cara-cara inversio uteri :
• Abdominal : haultain dan Huntington
• Vaginal : kustner ( forniks posterior ) dan spinelli (forniks anterior).

I.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui deteksi inversio uteri.
2. Untuk mengetahui patofisiologi inversio uteri.
3. Untuk mengetahui etiologi inversio uteri.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan inversio uteri

1.3 MANFAAT PENULISAN

makalah ini bisa menjadi salah satu referensi untuk pengembangan asuhan kebidanan khususnya mengenai “inversio uteri “.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DETEKSI INVERSIO UTERI

Tanda dan gejala inversio uteri yang selalu ada
-Uterus terlihat
-Uterus bisa terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di vagina
-Plasenta mungkin masih melekat (tampak tali pusat)
-Perdarahan
Tanda paling sering inversio uteri adalah perdarahan, tetapi cepatnya ibu mengalami kolaps dengan jumlah kehilangan darahnya
- Syok berat
- Nyeri
Nyeri abdomen bawah berat, disebabkan oleh penarikan pada ovarium dan peritoneum serta bias disertai rasa ingin defekasi
- Lumen vagina terisi massa

Tanda dan gejala yang kadang – kadang ada :
- Syok neurogenik
- Pucat dan limbung

Gejala klinis prolapsus uteri :

Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri,
Muntah, kolps ( jarang), keluhan- keluhannya :
- Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema
(vagina atau perasaan berat pada perut bagian bawah
- Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.
- Timbulnya gejala-gejala dari : Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi sfincter terganggu. Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena faeces berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja. Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam. Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul. Servisitis dapat menyebabkan infertility. Menoragia karena bendungan

Diagnosis perdarahan pasca persalinan
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun
Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan

- Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
- Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
- Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
- Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
- Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll

Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

II.2 PATOFISIOLOGI INVERSIO UTERI
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil danuterus akan terisi darah.
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, ok trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina.Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif . khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic


Reposisi Inversio Uteri.
( a ) Inversio uteri total ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus

Klasifikasi prolapsus uteri
-Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
-Tingkat II: uterus sebagian besar keluar dari vagina
-Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina ( prosidensia uteri)
Komplikasi inversio uteri:
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitis
3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
4. Gangguan miksi dan stress inkontenensia
5. Infeksi saluran kencing
6. Infertilitas
7. Gangguan partus
8. Hemoroid
9. inkarserasi usus

II.3. ETIOLOGI INVERSIO UTERI
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat, seringkali rasa nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Rasa nyeri yang hebat tersebut disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik. Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Penyebab Inversio Uteri yaitu :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri :
1. Tunus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
3. Canalis servikalis yang longgar.

. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan inversio uteri

II.4. PENATALAKSANAAN INVERSIO UTERI
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan dan apabila melakukan prasat Crede harus diperhatikan syarat-syaratnya.
Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala-gejala syok, maka harus diatasi lebih dulu dengan infuse i.v cairan elektrolit dan transfusi darah, segera sesudah itu dilakukan reposisi. Apabila reposisi pervaginam gagal, sebaiknya dilakukan pembedahan menurut Haultein (dikerjakan laparotomi, dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka, sehingga memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi sedikit, kemudian luka di bawah uterus dijahit dan luka laparotomi ditutup).
Pada inversio uteri menahun, yang ditemukan beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya ditunggu berakhirnya involusi kemudian dilakukan pembedahan pervaginam (pembedahan menurut Spinelli).
90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
• Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
Reposisi uterus dilakukan dengan plasenta masih melekat. Kehilangan darah biasanya berhubungan dengan lama waktu uterus mengalami inversi, tetapi akan berkurang jika plasenta diangkat setelah posisi uterus dikembalikan. Pengembalian posisi secara manual dilakukan dengan menempatkan satu tangan di vagina dengan ujung- ujung jari menggerakkan dinding uterus keatas sewaktu fundus diresposisi. Tindakan ini harus dilakukan dengan cara hati- hati agar tidak menusuk atau tidak membuat rupture dinding uterus yang lunak.
Pada saat yang sama seluruh uterus di angkat tinggi keluar pelvis, diatas level umbilicus dan tahan selama beberapa menit.
Tindakan ini menempatkan tegangan pada ligament uterus yang mempertahankan uterus mengalami inverse kembali. Prosedur ini biasanya cukup menyakitkan dan pemberian anastesia dalam atau relaksasi uterus intravena (misalnya : magnesium sulfat, agens anastesia, terhalogenasi, tarbutalin) di anjurkan. Semua obat ini memilik efek samping hipotensi dan sebaiknya dilakukan dengan hati- hati pada kasus kehilangan darah.
- Kaji ulang indikasi
- Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang ulang infuse
- Berikan petidin dan diazepam I.V. dalam semprit berbada secara perlahan-lahan,atau anestesia umum jika diperlukan.
• Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah(dengan NaCl hangat) menjelang operasi
• Segera lakukan tindakan resusitasi
• Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat
• Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1
• Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal.
• Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
• Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.

Penanganan inversio uteri :
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya :
- Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaiki keadaan umum.
- Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.
- Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal (operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut Spinelli).
- Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitu dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Pencegahan Inversi Sebelum Tindakan :
- Koreksi Manual
o Pasang sarung tangan DTT
o Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks.Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus dari dinding abdomen.Jika plasenta masih belum terlepas,lakukan plasenta manual setelah tindakan koreksi.masukkan bagian fundus uteri terlebih dahulu.
o Jika koreksi manual tidak berhasil,lakukan koreksi hidrostatik.
- Koreksi Hidrostatik
o Pasien dalam posisi trendelenburg dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari perineum.
o Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi,berupa selang 2 m berujung penyemprot berlubang lebar.Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 2-5 l(atau NaCl atau infus lain) dan dipasang setinggi 2 m.
o Identifikasi forniks posterior.
o Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia sekitar ujung selang dengan tangan.
o Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.

- Koreksi Manual Dengan Anestesia Umum

o Jika koreksi hidrostatik gagal,upayakan reposisi dalam anastesia umum. Halotan merupakan pilihan untuk relaksasi uterus.

 Koreksi Kombinasi Abdominal – Vaginal
Kaji ulang indikasi
o Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif
o Lkukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum,dan singkirkan usus dengan kasa.tampak uterus berupa lekukan.
o Dengan jari tangan lakukan dilatasi cincin konstriksi serviks.
o Pasang tenakulum melelui cincin serviks pada fundus.
o Lakukan tarikan atau traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi manual melalui vagina.
o Jika tindakan traksi gagal,lakukan insisi cincin kontriksi serviks di bagian belakang untuk menghindari resiko cedera kandung kemih,ulang tindakan dilatasi,pemasangan tenakulum dan fraksi fundus.
o Jika koreksi berhasil,tutup dinding abdomen setelah melakukan penjahitan hemostasis dan dipastikan tidak ada perdarahan.
o Jika ada infeksi ,pasang drain karet.

Perawatan Pasca Tindakan
o Jika inversi sudah diperbaiki,berikan infuse oksitisin 20 unit dalam 500 ml I.V. (NaCl 0.9 % atau ringer laktat) 10 tetes/menit.
- Jika dicurigai terjadi perdarahan,berikan infus sampai dengan 60
tetes/ menit.
- Jika kontraksi uterus kurang baik,berikan ergometrin 0,2 mg .

o Berikan antibiotic propilaksis dosis tunggal:
- Ampisilin 2g I.V dan metronidazol 500 mg I.V
- Atau sevasolin 1g I.V dan metrodinasol 500 mg I.V

o Lakukan perawatan paska bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal vaginal.
o Jika ada tanda infeksi berikan sntibiotik kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam.
o Berikan analgetik jika perlu.

Pencegahan

Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran :
- Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
- Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan), episiotomi agar dijahit dengan baik, Episiolomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE

Pengobatan

A. Pengobatan tanpa operasi
- Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara pada prolapsus uteri ringan, ingin punya anak lagi, menolak untuk dioperasi, Keadaan umum pasien tak mengizinkan untuk dioperasi
- Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastic

Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi : keadaan umu yang jelek

B. Pengobatan dengan operasi
- Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
- Histeraktomi vaginal
- Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
- Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi

Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan :
- Pemasangan pesarium
- Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masukIni adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab Inversio Uteri yaitu :
1.Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2.Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri :
1. Tunus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan, tarikan pada tali pusat)
3. Canalis servikalis yang longgar.

Penanganan pada inversion uteri :
• Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
• Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah(dengan NaCl hangat) menjelang operasi
• Segera lakukan tindakan resusitasi
• Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat
• Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula .
• Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal.
• Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.

III.2 SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi kepada kita semua khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.

INVERSIO UTERI


Anatomi Panggul

OS PELVIS (TULANG PANGGUL)

Dibentuk oleh
1. os coxae
2. sacrum
3. coccygis
Membentuk rongga pelvis/panggul
Linea terminalis membagi rongga pelvis menjadi 2 bagian:
1. Pelvis mayor (pelvis spurium)
2. Pelvis minor (pelvis vera)
Secara topografis yang dimaksud dengan rongga panggul = pelvis minor/vera

Pelvis mayor, termasuk dalam rongga abdomen
Pelvis minor, berisi alat-alat panggul
1. Rectum
2. Veisca urinaria
3. Prostat & vesicula seminalis (pria)
4. Uterus, ovarium, tuba uterina,& vagina (wanita)
Pelvis minor (rongga panggul), U/ JALAN LAHIR

Pintu atas panggul (inlet) & Pintu bawah panggul (outlet)
Penting untuk persalinan
Pintu atas panggul (P.A.P)
Defenisi: bidang yang dibatasi oleh: promontorium, linea terminalis, pecten ossis pubis, tuberculum pubicum, symphisis pubis
Ukuran (diameter) dalam klinis:
Diameter anterior-posterior (konjugata vera)
Garis dari batas posterosuprior simpfisis pubis ke titik tengah promontorium ( 11 cm)
Diameter oblik: ada 2 buah
Garis menyilang dari sendi sacroiliaca kanan ke eminentia pectinea kiri. Dan sebaliknya (12 cm)
Diameter transversa,
diameter terpanjang dari PAP (13 cm)

Cavum pelvis (Rongga panggul)
Letak diantara inlet (PAP) dan outlet (PBP)
Bentuk Cavum pelvis seperti corong yang cekung ke depan
Mempunyai 2 bidang yang berbeda ukuran
Bidang dengan dimensi terbesar
Bidang lingkaran yang dibagian depan melalui bagian tengah simfisis pubis dan melalui discus intervertebralis S2-3.

Bidang dengan dimensi terkecil
Bidang lingkaran yang melalui bagian bawah simfisis, kedua spina ischidica, dan vert sacralis terakhir
Ukuran (diameter) :
Diameter interspinarum yaitu ; jarak antara kedua spina ischiadica (10 cm)

Pintu bawah panggul (PBP)
Istilah 2 bidang segitiga yang mempunyai alas yang sama ;
Alas : garis imajiner yang menghubungkan kedua tuber ischiadica
Kaki segitiga ventral: ramus inferior ossis pubis et ischii, dengan puncaknya : symphisis pubis
Kaki segitiga dorsal: ligamentum sacrotuberosus, dengan puncaknya : os coccygis.
Batas tersebut diatas disebut juga sebagai : “pintu keluar anatomi”

Ukuran (diameter) PBP :
Diameter AP : garis dari bagian bawah simfisis ke ujung vert. Sacralis terakhir ( 13 cm)
Diameter transversa: garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadica (11 cm)
Diameter oblik : garis yang melintang pada titik tengah diameter transversa
Diameter sagitalis posterior : dari tengah diameter transversa sampai ke ujung sacrum.

Berdasarkan bentuk pintu atas panggul (PAP) , dapat dibagi atas 4 jenis pelvis (Caldwell & Moloy)
1. Tipe android (pria normal)
2. Tipe gyneacoid (wanita normal)
3. Tipe antropoid
4. Tipe platipeloid
Klasifikasi Pelvis (Caldwell & Moloy)
Perbedaan pelvis pada pria dan wanita
Sudut inklinasi Pelvis

Os. coxae
Os coxae terdiri atas 3 tulang (osifikasi) :
1. Os ilium
2. Os ischium
3. Os pubis
Os sacrum terdiri atas penggabungan 5 bh vertebrae sacralis
Os coccygis penggabungan 3-4 bh vert.coccygis yang tidak berkembang (rudimenter)

Os sacrum
• Memiliki 2 permukaan (facies)
• Permukaan pelvis, konkav
• Permukaan dorsal, konveks
• Bentuk segitiga :
• Basis : permukaan yg menghadap ke vert. Lumbal V
• Apeks: permukaan yg menghadap ke os coccygis
• Bersendi dengan os coxae pada facies auricularis (art.sacroiliaca, ampiarthrosis

Rabu, 20 Juli 2011

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah dibedakan:
1. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
3. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
(1) Faktor ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia

d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :Hipotermia, Hipoglikemia, Gangguan cairan dan elektrolit, Hiperbilirubinemia, Sindroma gawat nafas, dan Paten duktus arteriosus.
Infeksi
• Perdarahan intraventrikuler
• Apnea of Prematurity
• Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain:
• Gangguan perkembangan
• Gangguan pertumbuhan
• Gangguan penglihatan (Retinopati)
• Gangguan pendengaran
• Penyakit paru kronis
• Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
• Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
PEMBAGIAN BBLR
1. Bayi kurang bulan murni (prematur murni)
Adalah neonatus dengan usia kehamilan < 37 mg BB sesuai usia kehamilan(sesuai masa gestasi), desebut juga neonatus preterm/BBLR, imaturitas system organ. KARAKTERISTIK : TANDA – TANDA 1. BB < 2500 gr, PB < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkaran dada < 30 cm 2. masa gestasi < 37 mmg. Gerakan kurang aktif, otot masih hipotinus 3. kepala > besar dari badan, rambut tipis, halus, UUB satural lebar
4. telingan elastis, dqaun telinga menetes pada kepala
5. pernapasan belum teratur dan sering mengalami apneu
6. putting susu belum terbentuk dengan sempurna
7. kulit tipis transpara, lanugo banyak terutama si dahi, pelipis dan lengan
8. lemak subcutan kurang
9. genetalia belu sempurna : pada laki2 testis belum turun, pada wanita labia mayora belum terbentuk
10. reflek hisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
2. Bayi Kecil Masa Kehamilan (DYSMATUR/SMAL FOR DATE/SMAL FOR GESTASIONAL/KMK)
Adalah bayi lahir dengan BBL < BB seharusnya untuk masa kehamilan (Berat badan tidak sesuai masa gestasi), hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan KM K
• Karatekristik :
o Bentuk tubuh sama dengan premature, untuk itu memiliki persoalan pada keseimbangan tubuh dan cadangan makanan kurang
o Fungsi organ tubuh : bayi inim emiliki sifat/fungsi organ sesuaia dengan umur kehamilannya jadi miskipun BB rendah tetapi fungsi organ tubuhnya sudah matang
• Etiologi
Penyebab bayi dismatur sering tidak diketahui pasti, tetapi kemungkinan :
• Kelainan kromosom
• Infeksi intra uterin seperti toxoplasma, rubella
• Penyakit ibu yang mengganggunutrisi janin?mengganggu sirkulasi uteroplasenta al : preeklamsi, hipertensi, DM, gangguan ginjal
PENYAKIT PENYERTA PADA BBLR
1. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
a. Aspirasi pneumonia
b. Perdarahan Intra Ventrikuler
c. Hiperbilirubinemia
d. Gangguan pernafasan idiopatik
2. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
a. Aspirasi mekonium diikuti dengan Pneumotorak
b. Hb meningkat akibat hipoksia kronis
c. Hipoglikemi
d. Asfiksia, perdarahan paru masif, hipotermi, infeksi
KEMUNGKINAN PENYAKIT PADA BBLR
o bayi prematur
• gangguan pernapasan idiopatik oleh karena : surfaktan kurang sehingga olveoli colaps, imaturitas organ paru
• pnemonia aspirasi
• perdarahan intraventrikuler
• fibrosi pada retina
• hiperbilirubin
o Bayi KMK
• aspirasi meconeum → pneumotorak
• kadar Hb. Meningkat ol : hipoksi kronis dalam uterus
• hipoglikemia
• afiksia, perdarahan baru masif
• hipotermia
• infeksi → sepsis